Nama Anggota :
·
DEWI LESTARI (21211959)
·
FANNY OCTANIA ZUARI (22211687)
·
MAILANY (24211255)
DIMENSI KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN DI PROVINSI
NANGROE ACEH DARUSSALAM
A. PROBLEMATIKA KEMISKINAN DI ACEH
Akar permasalahan kemiskinan di Aceh :
·
Konflik
yang berkepanjangan
·
Bencana
Alam (tsunami)
·
Kebijakan
yang tidak berorientasi pada pengurangan kesenjangan dan peningkatan kohesi
social
·
Hambatan
sosial budaya
·
Kurangnya
dan tidak berjalannya “instrumen- instrumen” fiskal, sosial, ekonomi yang dapat
mengurangi berbagai kesenjangan.
B. PROFIL KEMISKINAN DI ACEH
Sebelum Tsunami
·
Jumlah
Penduduk : 4.297.485 Jiwa
·
Angkatan
Kerja : 2.538.189 Jiwa
·
Tingkat
Pengangguran : 11,2% (dari Jumlah Penduduk)
·
Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi : 3,5% per Tahun
·
Jumlah
penduduk miskin 1,7 juta jiwa atau 40,39 Persen
Sumber : Bappeda NAD
C. PROFIL KEMISKINAN DI ACEH
Pasca Tsunami
·
Jumlah
Penduduk 4.076.760 Jiwa
·
Pertumbuhan
ekonomi turun 0,25 % pada tahun 2005
·
Tingkat
pengangguran 11,2 %
·
Pertumbuhan
penduduk sebesar 1,5 %
·
Persentase
penduduk miskin 47,8 %
·
Sumber
: Bappeda NAD
|
|
|
G. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
1. penyebab individual, atau patologis,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan
dari si miskin. Sehingga mereka yang miskin sudah pasrah akan nasib mereka. Dan
berpikir nasib mereka akan tetap sama meskipun mereka sudah berusaha dengan
keras.
2. penyebab keluarga, yang menghubungkan
kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Faktor keluarga juga mempengaruhi
kemiskinan. Keluarga yang kurang mendidik atau menerapkan disiplin menyebabkan
anak mereka menjadi malas belajar dan berusaha.
3. penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar. Factor sub-budaya juga mempengaruhi
tingkat kemiskinan. Misal dalam suatu provinsi masyarakat berprofesi sebagai
nelayan, sehinga anggota keluarga merekapun sudah dilatih dan diajarkan
bagaimana cara menyelam dan menangkap ikan. Jadi secara turun-menurun
masyarakat disuatu provinsi tersebut akan berprofesi sebagai nelayan sehingga
masyarakat tidak mengalami perkembangan yang tidak begitu berarti.
4. penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi; factor agensi sangat mempengaruhi tingkat kemiskinan suatu
provinsi. Khususnya factor pemerintah, ekonomi, dan perang. Misal saat perang,
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli peralatan ataupun senjata.
Selain itu dampak yang dihasilkan sesudah perangpun sangat merugikan. Korban
berjatuhan yang mengakibatkan sumber daya manusia berkurang, rumah, gedung,
kantor hancur sehingga menghambat aktifitas masyarakat yang secara langsung
menghambat pertumbuhan maupun pertukaran uang dalam pasar ekonomi.
H. FAKTA – FAKTA KEMISKINAN DI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
1. Tingkat kemiskinan di Aceh sebelum tsunami, sebesar 28.4 persen
dari jumlah penduduk pada tahun 2004, jauh lebih tinggi daripada tingkat
kemiskinan nasional Indonesia sebesar 16,7 persen. Kemiskinan di Aceh meningkat
pasca bencana tsunami mencapai 32,6 persen. Tingkat kemiskinan turun di bawah
angka sebelum tsunami menjadi 26,5 persen pada tahun 2006, disebabkan adanya
kegiatan rekonstruksi dan berakhirnya konflik.
2. Peningkatan angka kemiskinan yang kecil setelah tsunami disertai
dengan heterogenitas mendasar antar berbagai daerah di Aceh. Wilayah yang
terkena dampak tsunami memang mengalami peningkatan angka kemiskinan, namun
pada tahun 2006 angka ini kembali ke tingkat sebelum tsunami, atau bahkan lebih
kecil. Kemampuan untuk memperlancar konsumsi melalui penggunaan tabungan jelas
membantu keluarga-keluarga tertentu melalui masa transisi yang sulit, sama
halnya dengan penerima bantuan bencana. Kemiskinan di wilayah konfl ik tetap
tinggi selama periode ini namun juga mengalami penurunan yang signifi kan di
tahun 2006.
3. Jumlah penduduk rentan di Aceh amat tinggi, sehingga goncangan
sekecil apapun dapat menyebabkan mereka jatuh miskin. Di sisi lain, banyak
orang yang hidup hanya di bawah garis kemiskinan sehingga intervensi tepat
sasaran atau pertumbuhan berbasis luas dapat dengan cepat mengurangi jumlah
penduduk miskin.
4. Kemiskinan di Aceh umumnya merupakan fenomena di pedesaan,
dengan sekitar 30 persen keluarga dIwilayah pedesaan hidup di bawah garis
kemiskinan dibandingkan dengan kurang dari 15 persen di wilayah perkotaan.
Secara geografi s, wilayah yang terletak dekat Banda Aceh memiliki tingkat
kemiskinan yang rendah, sementara daerah-daerah di wilayah tengah dan selatan
Aceh menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat
pendidikan serta pertanian sebagai kegiatan utama keluarga juga terkait secara
positif dengan kemiskinan.
5. Ada dua kelompok rentan di Aceh yang saling tumpang tindih namun
sesungguhnya berbeda: kelompok yang ‘miskin secara struktural’ dan kelompok
yang ‘terguncang’ oleh tsunami, yang kehilangan harta benda pribadi. Banyak
dari kelompok ‘terguncang’ memiliki kapasitas produktif tertentu, misalnya tingkat
pendidikan, yang tidak dimiliki oleh kelompok yang ‘miskin secara struktural’.
Mengingat tipologi ini serta keterbatasan dana publik yang dapat digunakan
untuk mengurangi kemiskinan menyebabkan Aceh saat ini harus memikirkan
investasi publik yang akan memberikan hasil paling besar dalam upaya
pengurangan kemiskinan tersebut. Kelompok ‘terguncang’ akan amat terbantu
melalui upaya rehabilitasi aset yang hilang dan percepatan proses yang
memungkinkan mereka mendapatkan penghasilan kembali. Membantu kelompok yang
‘miskin secara struktural’ memerlukan intervensi yang berbeda — yaitu
intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk terlibat
dalam kegiatan ekonomi (misalnya tenaga kerja, aset fisik).
I.
CARA
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI NANGROE ACEH DARUSSALAM
·
Meningkatkan
kesempatan kerja dan peluang usaha
·
Meningkatan
partisipasi masyarakat untuk memberdayakan dan kemandirian dalam peningkatan
kesejahteraan
·
Upaya-upaya
pembangunan jangka panjang pada wilayah-wilayah termiskin di Aceh
·
Konsentrasi
pada sumber daya di daerah-daerah yang terkena tsunami
·
peningkatan
produktivitas sektor-sektor pertanian dan perikanan.
·
Pemerintah
Aceh harus berinvestasi pada pemerintahan/PNS yang mengalokasikan sumber daya
keuangan yang efisien serta penyediaan layanan umum yang berkualitas pasca
tsunami.
·
Meningkatkan
di bidang pendidikan
·
Menangani
buruknya kualitas penyediaan layanan dan rendahnya alokasi sumber daya untuk
operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum.
·
Mempercepatan
pembangunan pasca gempa dan tsunami
·
Fokus
pada pembangunan sarana-sarana baru pasca tsunami
·
Arah
Pengentasan kemiskinan multi-dimensi ke depan
·
Kemiskinan
harus ditangani dari berbagai dimensi; ekonomi, akhlak dan keilmuan
·
Upaya
pembangunan harus berorientasi pada pembangunan manusia
·
Pengembangan
skema-skema pengurangan dan pengentasan kemiskinan yang merujuk pada prinsip
dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat
·
Kelompok-kelompok
sosial budaya kemasyarakatan mendorong peningkatan kemampuan dan pengayaan
(enrichment) kemampuan masyarakat