Nama Anggota :
-
Dewi Lestari (21211959)
-
Fanny Octania Zuari (22211687)
-
Mailany (24211255)
Kelas :
SMAK05
INFLASI
TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO)
(MINYAK
SAWIT)
inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat
golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan
terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi
sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi
atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Dibawah ini kelompok kami akan meneliti inflasi
Sembilan bahan pokok (SEMBAKO) dengan sampel minyak sawit. Berdasarkan data
yang diambil pada Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan metode
perhitungan CPI (Consumer Price Index) dan GDP defliator. CPI data yang mengukur rata-rata perubahan harga yang dibayarkan oleh konsumen
(dalam rata-rata) untuk sekelompok barang dan jasa tertentu. CPI merupakan
indikator inflasi yang paling umum digunakan dan dianggap juga sebagai
indikator keefektifan kebijakan pemerintah. Naiknya CPI mengindikasikan naiknya
tingkat inflasi yang akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan naiknya
tingkat suku bunga.
Tidak seperti indikator inflasi lainnya, yang hanya
mencakup barang- barang produksi lokal, CPI juga mencakup barang-barang impor.
Kelemahannya ada pada kecilnya jumlah sampel yang diambil. Para analis biasanya
lebih fokus pada Core (Inti) CPI, varian dari CPI yang tidak mencakup
komponen-komponen yang perubahan harganya paling tidak stabil. Core CPI dinilai
lebih akurat dalam mengukur tingkat inflasi.
Minyak Sawit (1999-2010)
Analisis :
Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa
menggunakan metode CPI dan GDP Deflator menunjukan hasil yang hampir
signifikan
. Kurva diatas menunjukkan sejak tahun 1999 sampai 2010 tingkat inflasi
terus
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh permintaan
yang
semakin meningkat sementara barang yang diminta semakin sedikit
persediaannya dan jika terus dibiarkan akan menyebabkan inflasi menjadi
tidak terarah, yang akan berimbas pada perekonomian. Terutama nasib
rakyat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar