Jumat, 19 Oktober 2012

INFLASI SEMBAKO (MINYAK SAWIT)

Nama Anggota :
-          Dewi Lestari              (21211959)
-          Fanny Octania Zuari    (22211687)
-          Mailany                       (24211255)
Kelas  : SMAK05
INFLASI TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO)
(MINYAK SAWIT)
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Dibawah ini kelompok kami akan meneliti inflasi Sembilan bahan pokok (SEMBAKO) dengan sampel minyak sawit. Berdasarkan data yang diambil pada Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan metode perhitungan CPI (Consumer Price Index) dan GDP defliator. CPI data yang mengukur rata-rata perubahan harga yang dibayarkan oleh konsumen (dalam rata-rata) untuk sekelompok barang dan jasa tertentu. CPI merupakan indikator inflasi yang paling umum digunakan dan dianggap juga sebagai indikator keefektifan kebijakan pemerintah. Naiknya CPI mengindikasikan naiknya tingkat inflasi yang akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan naiknya tingkat suku bunga.
Tidak seperti indikator inflasi lainnya, yang hanya mencakup barang- barang produksi lokal, CPI juga mencakup barang-barang impor. Kelemahannya ada pada kecilnya jumlah sampel yang diambil. Para analis biasanya lebih fokus pada Core (Inti) CPI, varian dari CPI yang tidak mencakup komponen-komponen yang perubahan harganya paling tidak stabil. Core CPI dinilai lebih akurat dalam mengukur tingkat inflasi.
Minyak Sawit (1999-2010)


Analisis :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan metode CPI dan GDP Deflator menunjukan hasil yang hampir signifikan . Kurva diatas menunjukkan sejak tahun 1999 sampai 2010 tingkat inflasi terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh permintaan yang semakin meningkat sementara barang yang diminta semakin sedikit persediaannya dan jika terus dibiarkan akan menyebabkan inflasi menjadi tidak terarah, yang akan berimbas pada perekonomian. Terutama nasib rakyat kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar